WRITING BY HEART
Rabu , 23 Agustus 2023
Resume Ke : 26 (dua
puluh enam)
Gelombang
: 29
Hari
/ Tanggal : Rabu, 23
Agustus 2023
Tema
: Writing By Heart
Narasumber
: Mutmainah,
M.Pd
Moderator
:
Widya Arema
Oleh
: Samsul Huda, S.Pd.I
Hari ini pertemuan ke-26 Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN). Pada kegiatan hari ini dibersamai oleh
moderator yang bernama Ibu Widya Arema dan narasumber Ibu Mutmainah, M.Pd Tema
yang sangat menarik untuk diikuti di angkatan ke 29 ini yaitu “Writing By Heart”.
BIODATA Narasumber malam ini: Mutmainah, M.Pd biasa dipanggil Emut
dari Lebak Banten. Alumni peserta Belajar Menulis PGRI asuhan Om Jay gelombang
24 (Januari-Maret 2022). Mulai belajar dari NOL BESAR hingga menghasilkan buku
solo dan 20 buku antologi alias keroyokan
Ibu Mutmainah, M.Pd menjelaskan bahwa : “Sejatinya menulis adalah
ketrampilan tertinggi setelah membaca dan berbicara.”
A.
Pengertian
Writing by Heart
Menulis dengan
hati artinya jadikan hati sebagai inspirasi saat menulis. Jadikan hati sebagai
sumber untuk mengolah ide dan inspirasi yang disampaikan melalui tulisan. Otak
dan pikiran hanyalah alat dari proses menulis yang bersumber dari hati
tersebut. Tulisan adalah jiwa, setiap yang berjiwa pasti bisa menulis, tulisan
dengan hati akan sampai ke hati.
B.
Tips
menulis dengan hati
1.
Libatkan
Emosi
Emosi yang
dimaksud disini adalah emosi yg positif. Tulis apa saja yang kita rasakan, kita
amati, dan kita dengarkan. Tulis semuanya apa adanya, tanpa perlu diedit
terlebih dahulu. Jika kita menulis sambil mengedit tulisan kita tidak akan jadi. Saat menulis libatkan emosi kita. Beri
warna dan rasa pada tulisan kita. Saat kita menuliskan tentang kesedihan
gambarkan kesedihan itu. Bagaimana rasanya sedih, tulis saja seperti kita
sedang berbicara curhat pada sahabat
kita jika kita sedang sedih. Saat kita sedang marah sampaikan rasa amarah itu
dalam kata kata. Sehingga seolah pembaca merasakan aura kemarahan kita.
2.
Libatkan
panca indera
Tiga sahabat
itu meringkuk ketakutan. Di tengah samudra biru, mereka terombang-ambing di
atas kapal yang sudah lubang sana sini. Tangan mereka terikat jaring dengan
kuat, sementara mulut kelu dalam gigil kedinginan. Dari kejauhan
sesosok makhluk
yang besar semakin mendekati mereka. Makhluk itu sangat besar, tingginya
melebihi pohon kelapa. Badannya sebesar gedung tingkat delapan. Surainya
mencuat tinggi berwarna keperakan disinari matahari. Entah makhluk apa yang
mereka lihat. Matanya yang merah menampakkan amarah. Makhluk itu menghantamkan
ekornya dengan kuat. Byuuuurrrr, seketika air laut bergejolak setinggi 30
meter. Baju mereka basah kuyup, rasa dingin bukan masalah terbesar mereka. Tapi
tatapan marah ikan itu. Ikan itu semakin mendekati mereka. Satu ayunan sirip
lagi, akan tiba dihadapan mereka.Ooh bagaimana nasib ketiga sahabat itu
selanjutnya?
Bagaimana saat
bapak/ibu membaca paragraf ini. Tentu kita juga merasakan dingin, dan ketakutan
seperti ketiga sahabat itu bukan. Jadikan tulisan kita memiliki rasa takut,
senang, melalui melihat, mendengar, membau. Libatkan semua panca indera.
3.
Tulis
sesuatu yang kita sukai
Bapak ibu pasti
pernah merasa jatuh cinta kan? Bagaimana kita menggambarkan orang yang kita
sukai. Hemmm pasti paket lengkap untuk mendeskripsikannya. Mulai wajahnya penampilannya, sikapnya. Bahkan senyumnya pun
kita bisa melukiskannya dengan jelas. Kenapa bisa seperti itu? Kuncinya karena
SUKA. Jangan menulis sesuatu yang tidak kita sukai. Ibaratnya jika Anda tidak
menyukai minum kopi, jangan memaksa minum kopi. Pasti tidak akan menggambarkan
kopi itu secara obyektif bukan? Intinya tulis sesuatu yang kita sukai. Jangan
menulis karena terpaksa. Ingat tulisan yang ditulis dengan terpaksa hanya akan
berupa rangkaian huruf tanpa nyawa. Kosong, bisu dan tak membekas di hati
pembaca. Menulis adalah soal perasaan. Tidak cukup hanya pengetahuan, seorang
penulis harus memiliki pemahaman. Pemahaman dimulai dari memahami diri sendiri
baru memahami orang lain. Penulis yang punya rasa akan menjadi sensitif dan
mampu menangkap banyak hal. Efek ke tulisan, tulisannya akan menjadi lebih
dalam dan dapat dimaknai oleh pembaca karena menyentuh pembaca. Dengan
melibatkan rasa, penulis akan merasakan pengalaman keterlibatan sesuatu yang
menggelegak dari dalam dirinya dan hal itu kemudian akan ditangkap oleh
pembacanya. Merasa tidak? Menulis adalah seni. Seni adalah keindahan. Seni
adalah kreativitas. Seni juga bisa berarti jalan. Dengan seni, penulis memiliki
jalan yang otentik di dalam karya-karyanya yang sulit ditiru oleh orang lain. Jadi
hal ini adalah sebuah ciri khas mendalam dari penulis.
4.
Jangan
Mengharap Pujian
Untuk apa kita
menulis jika kita menulis hanya karena pujian, orientasi kita bukan pada segi
manfaat tulisan kita. Tapi semata mata karena ingin dipuji. Dan saat tulisan
kita sepi dari pujian maka kita akan badmood bahkan malas untuk menulis. Berbeda dengan jika menulis semata2 karena ibadah
ingin menebarkan sesuatu yg menghibur, yg bermanfaat. Dipuji atau tanpa dipuji
kita akan terus melaju dengan tulisan kita.
5.
Who
dan do
Who artinya
kenali siapa yang akan membaca tulisan kita. Jika kita ingin tulisan kita
mengena pada remaja maka posisikan diri kita sebagai remaja. Mulai dari gaya
bahasa, topik dan hal- hal yang lagi digandrungi remaja. Jadikan diri bpk/ibu
sebagai pembaca. Do artinya pesan apa yang ingin kita sampaikan pada pembaca.
Dengan harapan pembaca akan melakukan apa yang kita tulis dan kita harapkan
sesuai tujuan tulisan kita.
6.
READ
AND READ.
Seorang penulis
hendaknya suka membaca. Ibarat kendaraan maka membaca adalah bahan bakar
seorang penulis. Dengan membaca kita akan kaya akan ide, bahasa dan bahsn
menulis.Dikutip dari Rencanamu.id (24/09/18), hasil dari penelitian Stephen D.
Krashen dalam bukunya yang berjudul Writing: Research, Theory, and Application,
bahwa ada hubungan antara kegiatan membaca dan menulis. Responden yang
merupakan para penulis itu ternyata gemar membaca sejak kecil dan mengaku sudah
terbiasa menulis sejak masih sekolah.
Jadi, semakin
banyak seseorang membaca, wawasan dan pengatahuannya pun akan semakin luas,
sehingga memiliki banyak referensi atau ide untuk menulis. Dengan kata lain,
tiap kalimat yang dituliskan akan mengalir mudah, karena sudah mempunyai bekal
informasi.
7.
JUJUR
Mulutmu bisa
berbohong tapi tulisanmu tidak. kata orang apa yang tertulis tak mampu
berbohong bahwa tulisan adalah isi hati penulis, saat matamu bisa berbohong
maka tulisanmu tidak, artinya tulisan kita adalah gambaran dari kita
8. Konsisten
Poin yang ke 8
ini sangat mudah dikatakan tapi susah dilakukan. Ibarat berjalan selalu ada
karang yang menghadang. Angin badai
menerpa, meruntuhkan kesadaran tapi yakinlah itu semua hanya kerikil tajam
sandungan akan memperkokoh genggaman tangan dalam satu TUJUAN yakni menjadi
penulis. Saat lelah mendera, pikiran buntu, atau writer block menyerang
istirahatlah. Tapi setelah itu ayunkan kaki lebih tinggi. Tulisan yang dibuat
dengan hati aksn sampai pada hati pula. Tulisan itu akan membius dan membekas
dihati pembacanya. Saat tulisan kita memiliki soul, maka tulisan itu tidak akan
membosankan. Melekat dalam ingatan.
C.
Manfaat
Menulis Dengan Hati
1.
Lebih
menyentuh pembaca. Tulisan yang dihasilkan dari luapan emosi, akan lebih
menggugah pembaca. Sebaiknya tulisan yang datar, akan terasa membosankan. Saat
menulis, Anda tidak hanya memproduksi kata-kata, namun Anda tengah memproduksi
rasa. Maka hadirkan perasaan dan emosi positif saat menulis. Instal dalam diri
Anda emosi positif sehingga membanjiri diri Anda selama proses menulis. Emosi
positif ini akan membimbing untuk terus menerus mengeluarkan kata-kata. Coba
rasakan tulisan Anda yang terbimbing oleh emosi positif, pasti sangat berbeda
dengan apabila tulisan terbimbing oleh emosi negatif.
2.
Ketika
kita sedang menulis sebuah novel sepenuh jiwa, maka tulisan tersebut akan
memiliki nyawa dan seolah-olah bisa dirasakan secara nyata oleh pembaca. Kita
pasti pernah membaca sebuah buku yang membuat kita merasa masih larut dalam
cerita meskipun sudah selesai membacanya? Bisa jadi penulis buku tersebut
sangat menjiwai tulisannya.
3.
Lebih
mudah menyusun cerita. Tentu kita pernah merasakan Writer Block. Tak ada ide
menulis. Jangankan menulis paragraf. Membuat kalimat saja kadang tak terangkai.
Maka cobalah menulis dengan hati. Tulis semua yang ada disekeliling kita,
rasakan dengan indera kita. Tulis saja, tanpa mengindahkan kaidah penulisan. Tulis
seolah kita berbicara. Menulislah dengan berbagi rasa lewat abjad, dan menyentuh
hati pembaca lewat tulisan.
Bandingkan dua
tulisan ini Contoh menulis melibatkan hati dan tidak melibatkan hati:
a.
Hari
ini hujan turun dengan lebat. Budi sang penjual koran duduk kedingian di
trotoar dengan menahan rasa lapar.
b.
Awan
mendung terlihat menghitam, suara tetesan hujan semakin menderas. Sesekali
terdengar cahaya kilat dan suara petir memekakkan telinga. Si budi kecil
penjual koran, menggigil dalam beku. Matanya perih menahan tetesan hujan.
Mulutnya membiru, seakan membeku. tangan dan kakinya kelu dan lunglai menahan
lapar seharian. Tuhan berikan rezeki untuk bisa kumakan hari ini pintanya
syahdu memandang awan kelabu.
Contoh no 2
tentu lebih menyentuh dan ngena karena di tulis sepenuh hati, beda dengan nomor
1 yang terasa datar
Setelah materi diungkapkan maka narasumber memberikan tantangan
untuk mengungkapkan suatu gambar.
Bapak Ibu saya akan memberikan satu clue, untuk menulis 1 paragraf
menggambarkan foto ini. Saya berikan waktu 15 menit. Kemudian banyak peserta
membuat tulisan diantaranya:
“Hari yang terang lalu lalang manusia melakukan aktivitas. langkah-langkah kaki terdengar ramai di
sebuah trotoar. disitulah tempat bernaung seorang anak gelandangan beratapkan
awan. anak kecil itu menggenggam botol bekas mengharap kasihan. di tengah
tidurnya karena lelah ada dermawan yang memberi rezeki untuk sekedar makan
menyambung hidupnya.”
Entah,
dada ini serasa berdesir melihat sosok anak lelaki itu. Tubuhnya terbaring
lemah tiada daya. Setiap mata yg memandang ada yang bersimpati ada juga yang
berempati. Kembali aku teringat, masa laluku yang kelam. Tidak semua orang
seberuntung aku. Anak jalanan yang bernasib baik. Dipertemukan dengan seorang
hartawan yang dermawan.Aku menatap anak lelaki itu. Rasa Iba menyelimuti.
Perlahan ku sentuh pundaknya. Kini giliran aku yang harus melakukan terbaik
untuknya.
Pada sesi tanya jawab muncul pertanyaan:
Pertanyaan: Assalamualaikum, saya bu
Aripa dari Muaro Jambi, izin bertanya.
saya
rasa semua tulisan dimulai dari hati, jika hati tidak ikut di dalam tulisan
maka pembaca tidak dapat apa yang mereka inginkan dari apa yang di baca?
benarkah seperti itu bu? atau hanya perasaan saya saja?
Jawaban: Waalaikum salam bunda Aripa
dari Muaro Jambi salam kenal sy dari Lubuk Linggau tetanggan kita.
Betul sekali bunda seperti
yg telah dibahas di atas
Pertanyaan: Saya Maya Rina dr SMP N
1 kisaran. Saat tulisan kita memiliki soul maka
tulisan kita TDK akan membosankan. Demikia yang saya simak dari pemaparan
materi mbak tadi. Mohon penjelasan makna
kalimat soul mbk. Trmksh.
Jawaban: Selamat malam bu Maya Rina Soul itu jiwa. Jadikan tulisan kita berjiwa dan bernyawa. Jangan hanya tulisan kaku, mati, dan tak bernyawa. Sertakan ruh di dalamnya. Sehingga seolah tulisan kita berbicara, mendengar, bergerak dan bersuara.
Pada sesi penutup bu Mutmainah, M.Pd menyatakan “Tulisanmu adalah nisanmu, dari tulisanmu kamu akan dikenang banyak orang."
Masya allah sangat luar biasa menginspirari materi
malam ini terimakasih tim solid am jay khususnya Ibu
Widya Arema dan narasumber Ibu Mutmainah, M.Pd Jazakumullohu
ahsanal Jaza’.
Comments
Post a Comment